Translate

Minggu, 26 Mei 2013

Arti Kesetiaan Dalam Islam

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang di percayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuinya. Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar”. (al-Anfaal:27-28)

Abu Lubabah salah seorang Anshor yang menghadiri bai’at al-’Aqabah II. Adapun orang pertama yang berbicara di majelis itu ialah Abbas bin Abdul Muthalib, padahal pada waktu itu ia menganut agama kaumnya (musyrik). Ini dilakukannya hanya karena ia ingin mengetahui dengan pasti dan meyakinkan kedudukan keponakannya, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam , dalam bai’at itu;Ia berkata:
“Wahai kaum Khazraj, ketahuilah bahwa Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam adalah dari golongan kami dan kami telah mempertahankannya dari kaum kami yang masih sealiran dengan kami dan ternyata dia masih tetap dimuliakan tengah-tengah kaumnya dan terlindung dari Tanah Airnya. Akan tetapi, ia tetap saja mau pergi bersama kalian ke negeri kalian. Kalau kalian benar-benar mau menepati janji akan melindunginya dari orang-orang yang tidak sepaham dengan dia maka kami akan mempercayakannya kepada janjimu itu. Akan tetapi, kalau kalian akan menyerahkannya dan tidak akan mempertahankannya dari orang-orang yang tidak sepaham dengannya, setelah dia keluar dan pergi kepada kalian, maka dari sekarang, sebaiknyalah kalian membiarkannya dalam kemuliaan dan perlindungan dari kaumnya di negeri sendiri.”
Mereka berkata:”Kami telah mendengar apa yang anda katakan. Sekarang katakanlah ,wahai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam untuk dirimu dan Rabbmu, sesukamu!”
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam menjawab,”Aku akan membai’at kalian bahwa kalian melindungiku seperti kalian melindungi isteri-isteri dan anak-anakmu”.
Al-Barra’ bin Ma’rur menjabat tangan beliau dan berkata,”Ya, Atas nama Yang mengutusmu dengan kebenaran, Kami berjanji akan melindungimu seperti melindungi isteri-isteri dan anak-anak kami, maka bai’atlah kami,wahai Rasulullah, karena kami sejak nenek moyang kami memang ahli perang.”
Selagi Al-Barra’ berbicara dengan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam tiba-tiba Abul Haitsam bin an-Nahyan memotong pembicaraannya,” wahai Rasulullah, antara kami dan segolongan kaumku (maksudnya, kaum yahudi) sudah terjalin ikatan dan kemungkinan kami memutuskannya. Apakah kalau kami memutuskannya, kemudian Allah berkenan memenangkanmu, apakah tidak mungkin engkau kembali kepada kaummu dan meniggalkan kami?”
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam tersenyum, lalu berkata menegaskan: “Darah dibayar dengan darah dan penghancuran dibayar dengan penghancuran. Aku bagian dari kalian dan kalian juga
“Tidak beriman siapa yang tidak memiliki amanat dan tidak beragama siapa yang tidak bisa dipegang janjinya”.
Amanat merupakan salah satu sifat orang baik dan salah sebuah unsur kesempurnaan pribadi, firman-Nya:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”. ( al-Mu’minuun:8)
Dibawakan oleh Ubadah bin ash-Shamit radhiallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda:
“Jamin untukku enam perkara, aku akan menjamin untuk kalian surga: 1). berbicaralah dengan jujur, 2). Tepatilah janjimu, 3). Tunaikanlah amanatmu, 4). Tundukanlah pandanganmu, 5). Peliharalah kemaluanmu, dan 6). Peliharalah tangan (tindakkan)mu”.

Induk semua khianat ialah kalau kita mengorupsi kewajiban kita atau meninggalkannya sama sekali, atau kita berpura-pura beriman padahal hati kita kafir, atau mengkhianati orang yang mempercayakan hal ihwalnya kepada kita, atau kita tidak menepati janji setia kawan kita. Padahal, Islam sudah jelas-jelas anti khianat dan mencemoohkan para pengkhianat yang suka melanggar janjinya. Islam juga tidak menyukai orang muslim yang mengkhianati janjinya demi mencapai maksudnya, meskipun maksudnya itu mulia, Firman-Nya :
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membaalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (an-Nahl:91)
Amanat pemerintahan harus diberikan kepada orang-orang yang dapat dipercaya, yang kuat, yang cakap memerintah, dan ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Kalau ia memajukan orang yang seharusnya dimundurkan atau memundurkan orang yang seharusnya dimajukan maka orang itu telah mengundang maklumat perang dari Allah dan Rasul-Nya.
Yazid bin Abi Sufyan berkata bahwa Abu Bakar ash-Ashiddiq radhiallaahu ‘anhu berkata ketika mengutusnya ke Syam: “wahai Yazid! Sesungguhnya engkau mempunyai kerabat karib; mungkin engkau utamakan mereka dengan memberikan kekuasaan (pemerintahan), itulah yang saya takutkan atasmu setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda:”Siapa yang diberi kuasa mengurus kepentingan kaum muslimin, Lalu ia mengangkat seseorang dengan bertindak tidak jujur, maka laknat Allah baginya dan Allah tidak akan menerima tebusan atau imbalan pun hingga orang itu dimasukkan ke dalam api neraka”.
Ada seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam dan bertanya kepadanya: “Kapan datangnya hari kiamat itu?”
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wasallam menjawab: “Bilamana amanat sudah dihilangkan maka tunggulah saat (kehancuran) itu!”
Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana amanat itu di hilangkan?”
Baginda menjelaskan: “Apabila kekuasaan diserahkan kepada bukan ahlinya”.
Harta kekayaan negara adalah amanat di tangan penguasa. Penguasa berkewajiban untuk menempatkan di tempatnya dan menafkahkan sesuai dengan keperluannya, demi kepentingan rakyat dan masyarakatnya. Kalau ia berbuat lain dari itu, maka ia telah berkhianatdan telah melenceng dari syariat Allah.

Kapan kiranya bendera amanat dan keamanan berkibar di tengah-tengah kaum muslimin? Kapan kaum muslimin akan merasa aman atas tanah airnya sehingga tidak merasa khawatir terhadap bumi dan hasil buminya dirampok orang sehingga harta benda dan kekayaan buminya tidak dirampas orang dari depan matanya?
Kapan kehormatan umat dan masyarakatnya tidak dirobek-robek oleh media massa cetak dan elektronik yang terarah serta terpimpin karena hilangnya nilai-nilai dan akhlaknya? Ya, kapan hal itu akan terwujud? Kapan hal itu akan terjadi,Ya Rabb?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar