Translate

Selasa, 03 September 2013

Krisis Karakter pada Bangsa Indonesia

Persoalan Bangsa saat ini tidak bisa diselesaikan dengan jalan pintas. Penanaman nilai untuk mengikis sifat hipokrisi sejatinya bisa dijalankan Lembaga Pendidikan. Sayangnya, sebagian besar Lembaga Pendidikan juga menghadapi persoalan internal dan tekanan dari luar.  Saat ini yang bisa diharapkan untuk membuat perubahan hanyalah masyarakat sipil independent. Baik yang berbasis agama maupun mereka yang melakukan gerakan advokasi, serta media masa. Kalangan ini perlu bergerak memberi tekanan ke atas, tetapi pada saat yang sama juga memberikan bimbingan, kesejukan dan harapan bagi masyarakat dibawah. Negara harus kembali kepada tujuannya, terutama mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Akar krisis Indonesia jauh lebih dalam, yaitu krisis karakter. Krisis ekonomi hanyalah salah satu wujud dari krisis karakter yang di derita bangsa Indonesia. Indonesia kehilangan kemampuan untuk menggerakan potensi masyarakat guna mencapai cita-cita bersama. Ciri masyarakat yang mengalami krisis karakter seperti : korupsi, mentalitas peminta-minta, konflik horizontal dengan kekerasan, suka mencari kambing hitam dan merusak diri sendiri, pengendalian diri ( selfregulation )

Kita akhirnya mengalami proses anomi, yaitu kehilangan pegangan terhadap nila-nilai moralitas. Orang kehilangan batas-batas baik-buruk atau salah-benar, Ini memicu perilaku menyimpang dan konflik  di masyarakat.
Politik sebagai sebuah kebijakan untuk mendistribusikan kesejahteraan tidak dijalankan. Yang di pertontonkan adalah politik tidak etis. Kebebasan berkembang tanpa komitmen, etika politik hampa, politik justru kehilangan ideologi dan idealisme. Perilaku politisi menjadi oportunis sehingga menyuburkan korupsi.

Selama 40 tahun ( Orde Lama dan Orde Baru ), Bangsa Indonesia dipimpin secara otoriter. Secara tidak langsung, tumbuh dalam diri kita sikap otoriter, yaitu merasa benar dan mau menang sendiri. Ketika Reformasi 1998 membuka ruang kebebasan, demokrasi dan otonomi daerah, sifat otoriter itu muncul dalam berbagai bentuk.

"Disorientasi nilai hampir terjadi di berbagai aspek kehidupan. Publik terlampau sering melihat kemunafikan. Pemimpin yang tidak memiliki integritas sehingga sebagian masyarakat juga mengambil jalan menerabas mencari jalan mudahnya dan tidak lagi percaya hukum" Guru Besar UIN ' Syarif Hidayatullah'

Tanpa disadari Indonesia telah menjadi korban 'Resarce Curse' dimana kekayaan alam telah menjadi belenggu daripada menjadi pemicu dalam mencapai kemajuan yang lebih besar.
Sekolah menjadi pabrik untuk menghasilkan orang-orang yang terlatih namun belum tentu terdidik.
Hipokrisi atau kemunafikan atau kepura-puraan atau menyuruh atau menasehati orang lain melakukan hal yang baik namun dia sendiri melakukan hal yang sebaliknya.

dalam kata "krisis karakter", karakter yang dimaksud adalah :
Distinctive trait, distinctive quality, moral strength, the pattern of behavior found in an individual or group.
sementara watak adalah :
Sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Kekuatan moral berkonotasi positif bukan netral.
Jadi "Orang berkarakter" adalah orang yang mempunyai kualitas moral tertentu yang positiv ( character strength )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar